Doa Kiai Umar untuk Santri Nakal

Bang Imam
0
Doa Kiai Umar untuk Santri Nakal

Mendapat laporan soal anak-anak nakal, Kiai Umar memanggil Lurah Pondok. “Kang, tolong catat nama santri-santri yang nakal ya? Diranking ya? Paling atas paling nakal. Urutannya, paling nakal, nakal sekali, nakal, agak nakal.”
Mendapati respons demikian, Lurah Pondok senang bukan kepalang. “Kapokmu kapan. Dikasih tahu pengurus pondok ngeyel saja. Sekarang namamu aku tulis pakai spidol besar-besar,” kata Lurah Pondok girang sekembalinya ke kantor pondok.
Dengan semangat Lurah Pondok menulis beberapa nama santri nakal. Setelah mendaftar beberapa nama, ia langsung melapor. “Ini, Kiai,” katanya kepada Umar.
Lurah Pondok kemudian menunggu keputusan Kiai Umar. Seminggu, dua minggu, tiga minggu. “Kok tidak apa-apa?” batin Lurah Pondok. Santri-santri nakal itu masih saja berkeliaran di pesantren. Jangankan diusir atau dikeluarkan dari pesantren, dipanggil untuk menghadap Kiai Umar saja tidak.
Akhirnya, Lurah Pondok memberanikan diri sowan untuk bertanya, “Pak Kiai, nyuwun sewu.”
“Iya kenapa?” tanya Kiai Umar.
“Itu, Pak Kiai, santri-santri nakalnya kok belum diusir dari pondok?” tanya Lurah Pondok.
“Lho? Siapa? Santri yang mana?”
“Itu, santri yang kemarin saya catat nama-namanya dan saya serahkan ke Pak Kiai.”
“Lho, kok diusir emang kenapa?” tanya Kiai Umar.
“Lha, kan itu santri nakal-nakal,” jawab Lurah Pondok semakin bingung.
Kiai Umar cuma tersenyum.“Kang, mereka ini, santri-santri mbeling ini, mereka dipondokkan justru karena mereka nakal. Dipondokkan itu memang supaya tidak nakal,” kata Kiai Umar.
Lalu buat apa dia harus mencatat nama-nama santri yang nakal ini?
“Kang, kamu kan tahu sendiri kalau setelah salat tahajud, doaku ya mendoakan seluruh santri-santriku semua. Nah, maksud ditulis nama itu, untuk kudoakan secara khusus. Terutama untuk para santri-santri yang dicatat kemarin. Biar kuprioritaskan,” terang Kiai Umar.
Kiai Umar memang punya cara sendiri untuk menghadapi santri nakal. Bahkan, Kiai Umar tidak jarang memanggil santri nakal ke kediamannya dan dijamu dengan makanan yang enak-enak. Diajak bicara baik-baik, sampai si santri merasa bersalah.

----------------------------
Sumber: KHOOD Dasi


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)